admin

IMG-20230331-WA0013

Jalin Kerjasama Antar Organisasi, SSI Kunjungi PPWI Kep. Sangihe

Ketua DPC PPWI Sangihe, Fentje Janis (kaos biru lengan putih) bersama jajaran saat menerima kunjungan Team SSI

Jendela Jurnalis, Kep. Sangihe -
Ketua Save Sangihe Island (SSI), Jull Takaliuang dan kawan-kawan, melakukan kunjungan ke Sekretariat DPC PPWI Kab. Kep. Sangihe, Sulut, Selasa (28/3/23). Team SSI disambut langsung Ketua PPWI Sangihe, Fentje Janis, S.H, S.Ip, S.Th; yang didampingi Wakil Ketua, Asriel Johan Tatande, S.E; Sekretaris, Ryvomoon T. Mumba, S.Pd; Wakil Sekretaris II, Jumbriyati Manabung; Bid. Organisasi, Rolly OA. Supit; dan Bid. Humas & Publikasi, Benyfasius Sasiang. Pertemuan berlangsung di Sekretariat DPC PPWI Sangihe, Jl. Tapuang Belakang, Kec. Tahuna Timur, Kab. Kep. Sangihe, Sulut.

Maksud kunjungan tersebut, adalah dalam rangka silaturahmi serta menjajaki kerjasama sosialisasi inovasi tambang emas Bowone, Sangihe. Selain itu, kunjungan itu bertujuan mempererat tali silaturahmi, agar ke depannya lebih mudah dalam berkoordinasi terkait berbagai hal, khususnya dalam menjalankan kerjasama antar organisasi.

Ketua SSI, Jull Takaliuang pun, mengucapkan terima kasih atas berkenannya Ketua dan Pengurus PPWI DPC Sangihe, menerima kunjungan team-nya tersebut.

"Terima kasih kepada Pengurus DPC PPWI Sangihe, yang telah menyambut baik kedatangan kami," tutur Jull.

Sementara itu, Fentje Janis, menyampaikan apresiasi bahwa, "SSI sebagai pejuang lingkungan hidup, mampu memenangkan tuntutan masyarakat Sangihe, sampai tingkat kasasi. Tentunya ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri dan ke depannya, SSI atas nama rakyat Sangihe, juga bisa memenangkan hati para Pemimpin Daerah, dalam hal penertiban penambang liar yang masih beroperasi sampai hari ini."

Pada kesempatan tersebut, Jull dan kawan-kawan meminta kepada PPWI sebagai Organisasi Jurnalistik, untuk kerjasama yang berintegritas, namun tetap prima dalam memberikan pelayanan dalam bidang pemberitaan kepada masyarakat pada umumnya dan masyarakat pencari keadilan pada khususnya. Sudah menjadi rahasia umum akan carut marutnya peristiwa Bowone, menjadi kerumitan tersendiri bagi semua orang, baik itu masyarakat Sangihe, maupun orang yang berada di perantauan yang berdarah keturunan Sangihe.

Lanjutnya, mereka mengikuti dan mencermati setiap permasalahan yang menjadi drama Bowone dari awal tayang sampai sekarang, dengan penuh kebimbangan. Terjadi gugat-menggugat antara SSI, PT. TMS dan Pemerintah, yang akhirnya dimenangkan oleh SSI. Namun, di penghujung gugat-menggugat, terdapat satu hal yang menarik sampai hari ini, yaitu belum adanya tindakan dan langkah yang pasti dan tepat dari APH untuk penertiban, khususnya bagi para pekerja tambang emas itu sendiri atau penambang liar.

"Kita tentunya berfikir, akan bermuara kemana permasalahan ini. Ada apa sesungguhnya di Bowone? Ketika kita melihat lebih dalam lagi, ternyata orientasinya adalah uang, uang dan uang. Yang harus difahami ketika berbicara mengenai uang, maka kita akan dibutakan, baik hati maupun fikiran. Yang ada hanya kepentingan, sehingga kita jadi lupa sebab dan akibatnya, yang kemudian hari menyengsarakan secara pribadi dan akhir dari semuanya, dimenangkan oleh cukong-cukong pemodal," ungkap Fentje Janis.

Fentje menambahkan, oleh karena itu, PPWI mengajak semua elemen masyarakat Sangihe, menggumuli permasalahan yang ada dan sepakat menjaga serta melestarikan "Banuang Kite I Kakendaghe demi masa depan anak cucu kita." (Red/AP)*

IMG-20230330-WA0008

Aksi Perampokan di Kaliwungu, Uang Senilai Ratusan Juta Pun Raib

Polisi memasang Police Line dan melakukan olah TKP

Jendela Jurnalis, Cilacap -
Aksi perampokan terjadi di Dsn. Pondok Wungu, Rt. 05/05, Ds. Kaliwungu, Kec. Kedungreja, Kab. Cilacap, Jateng, Senin (27/3/23).

Pelaku berhasil membawa kabur uang sekira Rp100 juta, 1 buah Hp, box CCTV dan melukai 2 orang korban, Nasirun (45) dan Gunawan (41). Keduanya mengalami luka tembak di bagian kaki dan paha.

Dari keterangan korban, pelaku berjumlah 3 orang, menggunakan sepeda motor dan membawa senjata diduga jenis Softgun. Aksi perampokan tersebut terjadi sekitar pukul 14.30 WIB.

Suasana mencekam yang terekam kamera warga disekitar saat terjadi perampokan

Salah seorang warga yang tempat tinggalnya tidak jauh dari TKP, berusaha merekam detik-detik terjadinya aksi perampokan tersebut, dari rumahnya.

Para pelaku berhasil kabur dengan memakai kendaraan sepeda motor Honda Grand dan Honda Beat.

Kejadian tersebut masih dalam Lidik dan pengejaran pelaku oleh Unit Reskrim Polresta Cilacap. (Red/AP)*

IMG-20230330-WA0007

Ini Dia Sosok Pengganti Irjen Pol. Fadil Imran

Irjen Pol. Karyoto

Jendela Jurnalis, Jakarta –
Mutasi terhadap sejumlah Pejabat di lingkungan Polri, dilakukan Kapolri, Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo. Salah satu yang juga terkena mutasi dan menjadi sorotan adalah, dimutasinya Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Fadil Imran, yang dimutasi menjadi Kabaharkam Polri.

Mutasi tersebut tertuang dalam Surat Telegram Rahasia No. ST/714/III/KEP//2023, tertanggal 27 Maret 2023. Telegram itu ditandatangani langsung oleh Wakapolri, Komjen Pol. Gatot Eddy Pramono.

Adalah sosok Irjen Pol Karyoto, yang menjadi Kapolda Metro Jaya, pengganti dari lrjen Pol. Fadil Imran.

Sebelumnya, Irjen Pol. Karyoto menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK.

Irjen Pol. Karyoto menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK, sejak 14 April 2020. Pria kelahiran Oktober 1968 tersebut, merupakan lulusan Akpol 1990, yang berpengalaman di Bid. Reserse.

Sebelum bertugas di KPK, Irjen Pol. Karyoto pernah menjabat sebagai Direktur Analis Pemutus Jaringan Internasional BNN (2016), Wakapolda Sulut (2018) dan Wakapolda DIY (2019).

Selain itu, Irjen Pol. Karyoto, juga pernah bertugas di Bareskrim Polri tahun 2010, 2015 dan 2018.

Pada tahun 2021, dirinya sempat masuk ke dalam bursa Calon Kabareskrim Polri, bersama Irjen Pol. Fadil Imran, Irjen Pol. Agung Setya dan Irjen Pol. Nico Afinta.

Selama menjabat sebagai Deputi Penindakan KPK, Irjen Pol. Karyoto sudah menangani berbagai kasus.
Diantaranya kasus korupsi izin ekspor benih lobster, yang menjerat Menteri KKP, Edhy Prabowo, hingga kasus korupsi Bansos Covid-19, serta dugaan korupsi pengadaan tanah PD Sarana Jaya, di Munjul, Jaktim. (Red/AP)*

IMG-20230330-WA0009

Dandim 0501/Jakpus, Bagikan Ribuan Paket Ta’jil

Kapusbekangad Mayjen TNI Helly Guntoro, S.Sos (Dok. DPN PPWI)

Jendela Jurnalis, Jakarta -
TNI-AD, di hari ke-6 memasuki bulan suci Ramadhan, membagikan makanan/ta'jil kepada warga masyarakat yang akan berbuka puasa.

Sebanyak 1.500 paket makanan, dibagikan kepada warga yang melintas, menjelang buka puasa, di depan GOR Kec. Senen, Jakpus.

Didampingi Danyonbekang-3/Rat, Letkol Cba. Boby Wijayanto dan Dandim 0501/Jakpus, Letkol Inf. Bangun I.E. Siregar, Kapusbekangad Mayjen TNI Helly Guntoro, memimpin langsung pembagian paket berbuka puasa tersebut, Rabu (29/3/23).

"Di bulan yang penuh berkah ini, moment yang sangat bagus untuk kami berbuat baik, dimana kami dari TNI-AD, berinisiatif memberikan paket berbuka puasa bagi warga yang tidak sempat berbuka puasa di rumah. Kami siapkan 1.500 paket ta'jil dan nasi box, yang dimasak langsung oleh Prajurit TNI-AD, dibantu Anggota Persit KCK," jelas Mayjen TNI Helly Guntoro, ketika diwawancara parai awak media.

Mayjen TNI Helly Guntoro, juga menjelaskan kepada para kuli tinta, bahwa pembagian paket berbuka puasa ini, intruksi Kasad, Jenderal TNI Dr. Dudung Abdurachman, agar Satuan Jajaran TNI-AD, dapat berbagi ta'jil kepada warga sekitar Markas Satuannya, sebagai bentuk kepedulian dan berbagi kepada sesama.

Pembagian paket berbuka puasa dari TNI-AD ini, disambut antusias warga, bahkan warga yang sedang melintas di dekat Stasiun KA Senen.

"Ini sebagai bentuk wujud kepedulian kami kepada warga masyarakat. Jika animo masyarakat cukup tinggi, nanti berikutnya kami lakukan di tempat ini lagi. TNI-AD di hati rakyat…TNI-AD untuk akyat," tutup Mayjen TNI Helly Guntoro. (Red/AP)*

IMG-20230328-WA0010

Sering Terjadi Kecelakaan, Kades Tegalurung Berharap DPUPR Karawang Segera Perbaiki Jalan Berlubang Diwilayahnya

Kondisi jalan Poros Tempuran - Cilamaya pada malam hari yang terlihat berlubang dan bergelombang di Wilayah Desa Tegalurung

Jendela Jurnalis Karawang -
Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mungkin termasuk katagori krisis jalan rusak dan berlubang. Kendati demikian, setiap tahun Pemerintahan Kabupaten Karawang melalui Bidang Jalan DPUPR (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Kabupaten Karawang melakukan perbaikan jalan setelah adanya usulan terlebih dahulu walaupun terkadang di cap lamban dalam penanganannya.

Setelah jalan tracking Telagasari-Tempuran yang hampir dua tahun dibiarkan dengan kondusi terbelah-belah dan penuh lubang, sehingga akibat jalan rusak tersebut menyebabkan banyaknya pengguna jalan yang menjadi korban kecelakaan, bahkan kendaraan roda dua maupun roda empat acap kali tergelincir akibat menghindari jalan berubang, ada juga yang berakhir terjebur ke irigasi.

Ditempat terpisah, jalan poros Tempuran - Cilamaya, tepatnya di Dusun Tegalurung RT 12/03, Desa Tegalurung, Kecamatan Cilamaya Kulon, jalan tersebut sudah lama dibiarkan berlubang dan bergelombang yang dirasa cukup extreem dan terkesan membahayakan pengguna jalan saat, apalagi saat malam hari.

Kondisi jalan Poros Tempuran - Cilamaya yang berlubang dan bergelombang di Wilayah Desa Tegalurung

Hal tersebut di utarakan oleh warga setempat yang merasa kesal terhadap kinerja Pemkab Karawang khususnya DPUPR Karawang yang terkesan lamban dalam penanganan perbaikan jalan.

Warga setempat yang enggan disebutkan namanya juga menyebutkan bahwa akibat pembiaran jalan berlubang tersebut pengguna jalan yang melintas jalan Tegalurung sering mengalami insiden kecelakaan.

Saat awak media mengonfirmasikan hal tersebut kepada Toto Nur Anwari selaku Kepala desa Tegalurung, dirinya membenarkan terkait jalan yang rusak dan berlubang menganga di wilayahnya, bahkan hingga mengakibatkan seringnya terjadi insiden pengguna jalan yang tersungkur dan jatuh dari kendaraan, terutama kendaraan roda dua. Senin (28/03/2023).

"Kami Pemerintahan Desa Tegalurung sudah menghubungi Satgas Jalan DPUPR Cabang untuk merespon ajuan kami, untuk segera merealisasi perbaikan jalan tersebut agar tidak banyak insiden jatuh korban berikutnya,” harapnya. (Red)*

IMG-20230328-WA0006

PT. GUA Lakukan Sosialisasi Ketenagakerjaan di IKC Jakarta

Foto saat sosialisasi di Mess Cenderawasih Papua

Jendela Jurnalis, Jakarta -
Sejumlah warga yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Cendrawasih (IKC) Jakarta, mengikuti kegiatan sosialisasi ketenagakerjaan yang diadakan oleh PT. Garda Utama Arthadarma (GUA). Acara itu berlangsung di Mess Cenderawasih Papua, Jl. KH Mas Mansyur, Jakpus, Senin, 27 Maret 2023.

Terlihat hadir di acara ini, Ketua IKC Jakarta, Zakeus Sabarovet. Sedangkan hadir perwakilan dari PT. GUA, Edi Arga.

Pada kesempatan kali ini, PT. GUA menjelaskan kepada IKC, terkait perihal ketenagakerjaan. Antara lain tentang pekerjaan apa saja yang ada di lingkungan PT. GUA itu sendiri, yang meliputi Jasa Keamanan, Jasa Pelayanan Kantor, juga Jasa Pengiriman Barang. Juga, dipaparkan terkait rekruitment di Perusahaan tersebut.

Acara ini juga dihadiri oleh masyarakat Papua, yang bertempat tinggal di lingkungan Mess Cendrawasih. Acara berlangsung cukup hangat, dimana para keluarga IKC antusias sekali mengikuti jalannya acara tersebut. Dalam wawancara dengan awak media, Zakeus menuturkan, bahwa pihaknya merasa senang dengan adanya acara tersebut. Harapan kedepannya, putra-putri yang berasal dari IKC dapat hidup dengan layak dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya.

Masyarakat Papua yang bertempat tinggal di lingkungan Mess Cendrawasih, merasa terbantu atas informasi dari Perusahaan tersebut. Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan dapat menjadi solusi untuk mendapatkan pekerjaan, dimana pengangguran di Jakarta semakin meningkat.

Acara sosialisasi ini ditutup dengan do'a, serta ramah tamah keluarga IKC bersama dengan keluarga besar PT. GUA, serta dilanjutkan dengan foto bersama. (Red/AP)*

IMG-20230328-WA0004

Diduga Proyek Pembangunan Jalan Setapak Dana Desa Sindangsari Tahun 2023 Curangi Volume

Foto pengecoran jalan setapak yang diduga tidak sesuai RAB

Jendela Jurnalis Karawang -
Diduga bangunan jalan setapak di Desa Sindangsari, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan curangi volume yang dianggarkan melalui Dana Desa 2023 tahap kesatu. Selasa (08/03/2023)

Bangunan jalan setapak di Dusun Brontok Kulon RT 01, diduga tidak sesuai dengan RAB, berdasarkan temuan awak media di lapangan yang meninjau langsung bangunan jalan setapak, dari penemuan awak media di lapangan ketebalan bangunan jalan setapak tersebut tidak sesuai dengan RAB.

Ketebalan jalan setapak yang seharusnya untuk volume tinggi 10cm. Yang dikerjakan bervariasi ada yang 8cm, ada yang 5cm, dengan adanya dugaan ini, di duga TPK bangunan jalan Setapak tersebut ada unsur untuk memperkaya diri.

Foto persamaan ketebalan proyek jalan setapak

Berdasarkan hasil pantauan awak media di lapangan bahwa Dana yang di bangunkan di jalan setapak tersebut menggunakan Dana Desa tahun 2023 tahap satu.

Dengan adanya dugaan ini, Berdasarkan Undang Undang yang sudah di jelaskan maka sudah jelas melanggar undang Undang, apabila selaku TPK sudah melanggar aturan mengenai bangunan maka bisa di kenakan sangsi.

Dengan adanya perihal dugaan ini ada unsur merugikan keuangan Negara, pasalnya ketebalan jalan tersebut jelas tidak sesuai RAB

Makah dari itu masyarakat berharap kepada tim Inspektorat di Kabupaten Karawang untuk mengecek bangunan jalan setapak di Desa Sindangsari yang di bangun di Dusun Brontok kulon Desa Sindangsari.

Menurut penjelasan dari masyarakat Desa Sindangsari yang tidak mau disebutkan namanya bahwa proyek bangunan jalan setapak di Dusun Brontok Kulon tersebut ketebalan yang di tengah bangunan tidak sesuai dengan RAB.

"Ketebalan yang di tengah bangunan tidak sesuai dengan RAB" ucapnya kepada Awak Media.

"Karena ketebalan ada mencapai yang 5 cm ,ada yang 8 cm, seharusnya 10 cm," jelasnya.

Sebelum Berita ini di terbitkan Kades Sindangsari Sudah beberapa kali di hubungi oleh awak media namun (Kades) tidak ada tanggapan. (NN)*

IMG-20230327-WA0010

Surat Terbuka untuk Presiden dan Para Pemimpin Indonesia

Surat terbuka dari Maman Supratman (foto kanan : AKBP Dody Prawiranegara

Jendela Jurnalis, Jakarta –
Keluarga salah satu terdakwa dalam kasus pidana narkotika Teddy Minahasa, mengirimkan surat kepada jaringan media di tanah air, berisi permohonan kepada Presiden RI dan beberapa Pejabat Tinggi lainnya, Minggu, 26 Maret 2023. Keluarga yang mengatas-namakan orang tua dari AKBP Dody Prawiranegara itu, adalah Maman Supratman dan Sri Wahyuningsih. Sebagaimana diketahui, Dody adalah seorang Anggota Polri, yang tersangkut kasus kepemilikan dan penjualan narkoba jenis sabu, yang saat ini sedang disidangkan di PN Jakbar.

Berikut ini disalin-tuliskan secara lengkap, isi Surat Terbuka, tertanggal 25 Maret 2023 dimaksud. Semoga dapat mencapai maksud dan tujuannya, diketahui oleh Presiden RI, Jokowi, bersama jajarannya dan masyarakat umum, untuk kemudian dapat direspon sebagaimana mestinya oleh para pihak terkait.

Jakarta, 25 Maret 2023

Kepada Yth.

  1. Presiden RI;
  2. Menkopolkumham;
  3. Menkumham;
  4. Kapolri;
  5. Jaksa Agung RI;
  6. YM-MH PN Jakbar.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Kami Maman Supratman dan Endang Sri Wahyuningsih, selaku Ayah dan Ibu dari AKBP Dody Prawiranegara, sebagai terdakwa dalam perkara tindak pidana No. Reg: 97/Pid.Sus/2023/PN.Jkt.Brt.

Kami mengirimkan surat terbuka ini, karena kami sudah merasa putus asa dalam menghadapi proses hukum yang berlangsung saat ini, dimana putra kami AKBP Dody Prawiranegara, sudah banyak membantu membuka seterang-terangnya proses Lidik, pemeriksaan perkara ini, baik dalam BAP maupun di persidangan, namun permohonan kami masih belum mendapatkan jawaban, terkait dengan status anak kami AKBP Dody Prawiranegara sebagai Justice Collaborator (JC) atau saksi pelaku yang membantu pihak Gakkum, untuk membantu membuka terang perkara ini.

Puta kami sudah menyampaikan peristiwa demi peristiwa yang telah terjadi secara jujur, jelas, terperinci dan sesuai dengan fakta yang sesungguhnya terjadi.

Selalu ada rasa takut dan rasa khawatir kami sebagai orang tua, yang dimana saat ini putra kami, seorang ayah yang mencari nafkah untuk keluarganya, sedang berjuang dengan kejujurannya, melawan atasannya yang telah memerintahkan, menekan dan memaksa putra kami, untuk menjalankan perintah yang tidak benar dan kini atasan tersebut masih berpangkat Jenderal, tidak ada kekuatan bagi putra kami seorang AKBP, untuk melawan Jenderal Bintang 2, selain dukungan dari Bapak-bapak yang terhormat, serta masyarakat yang masih menghargai kejujuran putra kami. Apalagi Teddy Minahasa, sempat melakukan intervensi terhadap kami pihak keluarga, untuk memaksa AKBP Dody Prawiranega bergabung dengan Teddy Minahasa, agar dapat melindungi Teddy Minahasa dari tindak pidana yang dilakukannya. Tapi, kami dan AKBP Dody Prawiranegara, menolak perintah Teddy Minahasa tersebut, kami sangat menginginkan anak kami untuk mengungkap perkara yang melibatkan Teddy Minahasa tersebut dengan penuh kejujuran dan hal itulah yang dilakukan anak kami sepanjang proses persidangan berlangsung.

Kami sangat berharap kepada Bapak-bapak semua, dapat memberikan perhatian khusus terhadap proses persidangan yang sedang dilaksanakan, serta mempertimbangkan pemberian status JC untuk putra kami. Entah kepada siapa lagi kami bisa memohon sedikit keadilan ini, karena kami hanya masyarakat biasa yang memohon keadilan kepada Pemimpin-pemimpin Negara ini, untuk menegakkan keadilan. Selain itu, kami juga memohon keadilan dan perlindungan dari Pemangku Jabatan di Negeri ini.

Sekiranya Surat Terbuka ini, kami harap sampai kepada Bapak-bapak yang kami hormati, kami memohon dan meminta dengan sangat, agar Bapak-bapak dapat bertindak secara bijaksana, untuk memenuhi dan mengabulkan permohonan kami, agar putra kami ditetapkan sebagai JC dalam perkara ini.

Kami beserta keluarga, akan tetap dan terus menghormati proses hukum yang sedang berjalan saat ini, di PN Jakbar.

Demikian Surat Terbuka ini kami tulis dan sampaikan dari hati yang terdalam, untuk kami tujukan kepada Presiden RI; Menkopolkumham; Menkumham; Kapolri; Jaksa Agung RI; YM-MH PN Jakbar.

Atas kesempatan yang diberikan ini, kami ucapkan terima kasih.

Kami yang bermohon,

Tertanda

Maman Supratman

Catatan:
Copy Surat Terbuka ini, ada pada Sekretariat PPWI Nasional. (Red/AP)*

IMG-20230327-WA0002

Tarik Motor dan Peras Konsumen, Perusahaan Pembiayaan FIF Dipolisikan

Foto saat mobil Polisi mendatangi Kantor FIF Manado beserta Surat Laporan terkait dugaan perampasan kendaraan

Jendela Jurnalis, Manado –
Perusahaan pembiayaan PT. Federal International Finance (FIF) Manado, dilaporkan ke Polda Sulut, terkait dugaan perampasan sepeda motor milik Yuliana Cika Mokoginta, warga Kel. Pandu, Kec. Bunaken, Kota Manado, Senin (6/3/23). Ketika dikonfirmasi, Petugas di SPKT Polda Sulut, membenarkan adanya laporan tersebut.

Berdasarkan Surat Tanda Penerimaan Laporan (STTLP) yang diperlihatkan kepada Pewarta Jendral News, terlihat bahwa pengaduan korban telah diterima Polisi, dengan No. laporan: STTLP/B/113.a/III/2023/SPKT/Polda Sulawesi Utara. STTLP tertanggal 6 Maret 2023 tersebut, ditandatangani Iptu Muhamad Suma, yang bertindak atas nama Kepala SPKT Polda Sulut.

Menurut korban Yuliana, awalnya kendaraan motor Supra GTR 150 miliknya, dipinjam oleh saudara sepupunya bernama Tatia, warga Kel. Pandu, umur 17 tahun, pada tanggal 16 Januari 2023. Dalam perjalanan menuju Jl. SBY, Airmadidi Atas, Kab. Minahasa Utara (Minut), tiba-tiba sepupunya itu dihadang tiga orang berbadan besar, yang diduga kuat sebagai Debt Collector (DC).

"Motor saya dipinjam oleh Tatia, sepupu saya. Tepatnya di Jl. SBY, Tatia dihadang oleh tiga orang DC, kemudian membawanya ke Kantor Finance FIF Manado," ungkap Yuliana, Sabtu, 25 Maret 2023.

Dalam laporannya, Yuliana mengatakan, korban didatangi beberapa lelaki yang berbadan kekar, diduga DC. Para pelaku mendesak korban, untuk melunasi tunggakan kredit selama dua bulan (November dan Desember 2022 - red) sebesar Rp2.280.000, remedial fee Rp1.500.000, ditambah denda Rp120.000.

Namun, korban meminta pelaku memberinya waktu untuk melunasinya. Tapi pelaku menolaknya dan kemudian membawa paksa sepeda motor korban ke kantor FIF Group, di Jl. Sam Ratulangi, Manado.

“Pihak FIF meminta dimajukan, tiga bulan pembayaran angsurannya. Namun keesokan harinya telah berubah dan pihak FIF meminta saya melakukan pembayaran pelunasan kendaraan. Mendengar saya harus membayar biaya penarikan dan pelunasan, saya pun heran dan beranjak keluar dari Kantor Leasing,” jelas korban, sambil menambahkan kalau angsuran sepeda motornya tinggal lima bulan, dengan nominal sekira enam jutaan.

Mengagetkan lagi tambah korban, saat dia dan kakaknya pada Kamis (2/3/23) mendatangi kantor PT. FIF, mendapatkan informasi kalau sepeda motornya telah dilelang. Menurut PT FIF, lelang tersebut telah sesuai prosedur Perusahaan. Padahal, lanjut korban, dirinya telah mengangsur satu bulan setelah kendaraannya ditarik DC.

Namun dia menyesali tindakan Perusahaan yang tidak mau berkompromi, meski dirinya telah berjanji untuk melunasi angsurannya. Akibat kejadian itu, korban mengaku kalau dirinya telah diperas.

Sedangkan menyangkut lelang, korban mengaku tidak pernah diberitahukan oleh Perusahaan. Sama halnya dengan Surat Lelang yang diberikan finance, tidak mencantumkan berapa peserta lelang dan harga lelang.
Belakangan terungkap, kalau pemenang lelang bernama Jevi Gultom, dengan harga Rp8,5 juta. Dari pembicaraan keduanya, Jevi menuturkan kalau dirinya mengambil sepeda motor milik korban di Kantor FIF di Jl. Sam Ratulangi Manado, Rabu (15/3/23).

Selain Jevi, korban juga menghubungi kurir ID Expres, Gabriel R Tamungku, dengan Nopon/WA 0819353XXXXX. Dikatakan korban, kalau kurir tersebut telah menerima surat dari FIF.

Atas kejadian tersebut, Yuliana meminta Kapolda Sulut, Irjen. Pol. Drs. Setyo Budiyanto S.H, M.H, menindak tegas pelaku, yakni terlapor Finance FIF. Hal itu penting, agar tidak lagi melakukan pemerasan kepada masyarakat yang melakukan kredit kendaraan, melalui lembaga pembiyaan. (Red/AP)*

IMG-20230326-WA0001

Sosok ‘Eliezer’ di Kasus Narkotika Teddy Minahasa yang Terabaikan

Foto Wilson Lalengke bersama Dody Prawiranegara dan Linda Pujiastuti

Jendela Jurnalis, Jakarta -
Lain lubuk lain ikannya, lain kasus lain perlakuannya. Mungkin peribahasa versi modifikasi ini dapat menjadi penggambaran atas nasib para pesakitan di Pengadilan, khususnya terkait dua kasus besar yang melibatkan dua Perwira Tinggi (Pati) Polri berbintang dua, Ferdi Sambo dan Teddy Minahasa. Walaupun kedua Pati itu terlibat dalam kasus yang berbeda, satu pembunuhan dan lainnya kasus narkotika, namun terdapat beberapa persamaan yang semestinya dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan perlakuan kepada para pihak yang terlibat.

Persamaan pertama, Tokoh Utama di kedua kasus itu sama-sama Pimpinan Tertinggi di Unit atau Satuan Kerja (Satker) masing-masing. Irjenpol Ferdi Sambo sebagai Kadiv Propam Polri, sementara Irjenpol Teddy Minahasa sebagai Kapolda Jatim (walau belum sempat dilantik – red) yang sebelumnya menjabat Kapolda Sumbar. Kekuasaan dan kewenangan keduanya dipandang sangat powerful, hampir mustahil dilawan oleh jajaran di bawahnya.

Persamaan kedua, kasus ini menjadi tontonan publik se-Indonesia. Persidangannya transparan dan disiarkan secara langsung oleh Stasiun TV Nasional dan Internasional. Hampir tidak ada celah bagi setiap pihak yang terlibat dalam persidangan-persidangan, melakukan manuver di luar koridor hukum. Rasa keadilan publik yang disuarakan melalui berbagai media dan saluran yang tersedia, perlu mendapatkan ruang yang patut dalam proses pengambilan kebijakan dan keputusan pihak terkait.

Persamaan ketiga, disamping melibatkan warga sipil, dalam kedua kasus ini juga melibatkan anak buah dari masing-masing Jenderal Polisi itu. Para Polisi aktif yang masuk dalam lingkaran kasus ini, merupakan orang-orang terdekat yang secara hirarki dapat diperintah oleh masing-masing atasannya. Relasi kuasa amat berperan bagi para pihak yang terlibat perkara dalam bersikap dan berperilaku di kedua kasus itu.

Persamaan keempat, kedua Jenderal diduga kuat memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan fakta terkait tindakan pidana yang disangkakan dan didakwakan kepada keduanya. Hal itu pada hakekatnya merupakan sesuatu yang wajar, karena kedua Jenderal itu tentunya ingin lepas dari jeratan hukum. Ibarat ungkapan populer di masyarakat: jika semua pencuri mengaku, pasti sudah penuh sesak penjara di Negeri ini.

Persamaan kelima, kasus pidana yang melibatkan oknum elit Polri itu, dapat dibuka secara terang-benderang, tidak terlepas dari peran sentral dari para ‘pengkhianat’ yang oleh Gakkum justru dipandang sebagai justice collaborator. Orang-orang jujur yang bersedia mengorbankan dirinya dengan menjadi pengkhianat itu, adalah dari Anggota Polri yang terlibat langsung dalam peristiwa pidana yang disangkakan kepada kedua Jenderalnya. Pada kasus yang melibatkan orang-orang kuat seperti Ferdi Sambo dan Teddy Minahasa, APH sangat membutuhkan orang-orang jujur dan berani mengambil resiko terburuk bagi dirinya.

Tanpa peran Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu, hampir mustahil kejahatan Ferdi Sambo dapat dibuka secara gamblang. Demikian juga pada kasus yang melibatkan Teddy Minahasa, hampir mustahil tebuka ke publik, jika bukan karena peran tersangka lainnya, yakni AKBP Dody Prawiranegara, plus Linda Pujiastuti.

Tiba pada poin ini, kita tersentak ketika mengetahui, bahwa permohonan Dody dan Linda untuk mendapatkan pelayanan hukum dalam bentuk perlindungan saksi dan korban dari Negara, tidak semulus yang didapatkan Richard Eliezer. Hingga saat ini, permohonan keduanya ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) belum direspon dengan semestinya.

Dari penuturan keduanya kepada Penulis, mereka sungguh berharap bahwa Negara tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan hukum dan keadilan kepada Warga Negaranya. Keduanya tidak meminta untuk lepas dari jeratan hukum atas keterlibatan mereka dalam kasus yang tidak mereka inginkan itu. Namun, kejujuran dan keberanian Dody maupun Linda dalam membuka fakta terkait tindak kejahatan narkotika yang melibatkan Petinggi Polri, Teddy Minahasa, semestinya mendapat Penghargaan dari Negara dalam bentuk perlindungan hukum atas keduanya.

Sebenarnya, kuranglah elok membandingkan dua kasus ini, baik dalam konteks jumlah pelaku dan korban maupun konten moralitas yang termaktub di dalamnya. Namun, tidaklah juga patut untuk menihilkan dampak dari perlakuan yang berbeda atas kedua kasus itu. Pendekatan berikut kiranya dapat menjadi masukan bagi semua pihak, terutama bagi Negara, lebih khusus lagi LPSK, agar pelayanan hukum dan pemberian keadilan bagi setiap Warga Negara, dapat mendekati wujud idealnya.

Tidak seperti kasus Ferdi Sambo yang memakan korban seorang Polisi terbunuh, di kasus Teddy Minahasa memang tidak ada korban jiwa. Tapi perlu disadari, bahwa jutaan rakyat Indonesia telah menjadi korban peredaran narkoba yang marak selama ini. Berdasarkan data yang ada, pengguna narkoba di Indonesia mencapai 5 juta orang dengan prevalensi yang cenderung meningkat setiap tahun, mencapai sekitar 2 persen.

Kondisi itu tak dapat dipungkiri, telah menimbulkan masalah nasional yang rumit dan sulit. Demikian kompleksnya persoalan narkoba ini, hingga Pemerintahan Jokowi menetapkan Negara dalam keadaan darurat narkoba. Untuk itu, Pemerintah menganggarkan triliunan rupiah setiap tahun, bagi upaya pemberantasan dan penanggulangan narkoba.

Langgengnya perdagangan narkotika itu, ternyata melibatkan Oknum Aparat Polri setingkat Kapolda, dengan pangkat Irjen. Setidaknya hal ini terlihat dari hasil Lidik dan Sidik Polisi atas peran Teddy Minahasa, diperkuat dengan dakwaan Jaksa serta penggalian fakta-fakta di persidangan perkara tersebut.

Peran anak buah Teddy Minahasa yang mantan Kapolres Bukitinggi, Dody Prawiranegara, tak pelak telah membuka mata kita, bahwa desas-desus keterlibatan Oknum Aparat Polri selama ini dalam kasus narkotika, telah terbukti benar adanya. Keterangan dan informasi yang disampaikan Linda Pujiastuti turut memperkuat fakta, bahwa Oknum Pati Polri itu terkait erat dengan kejahatan narkotika selama ini.

Bila saja kedua tersangka ini tidak ‘menyanyikan lagu berjudul Narkoba Milik Teddy Minahasa’, maka sang Pati Polri itu dapat saja melenggang bebas dari hukuman. Jika ini terjadi, sangat mungkin dia akan kembali ke habitatnya sebagai Aparat Pedagang Narkoba. Bahkan, bisa lebih hebat dan ganas dari sebelumnya.

Jika asumsi ini boleh dikembangkan lebih lanjut, maka kita dapat saja mengatakan, bahwa akan ada berjuta-juta orang lagi di Negeri ini, yang jatuh ke dalam lembah nista penyalahguna narkoba. Oleh karena itu, sungguh amat penting artinya nilai keberanian dan kejujuran dua ‘Eliezer’, Dody dan Linda, di kasus narkotika Teddy Minahasa. (Red/AP)*

Penulis:
Ketum PPWI & Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA