admin

IMG-20230530-WA0020

Tiga Sekolah Dinobatkan sebagai Sekolah Penggerak, Korwilcambidik Karawang Timur Ungkapkan Rasa Bangga

Foto penghargaan sebagai sekolah penggerak kepada 3 sekolah

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Memiliki siswa berprestasi, adalah kebanggan bagi semua tenaga pendidik, terlebih jika prestasi tersebut turut mengangkat nama sekolah tempatnya belajar.

Seperti yang diungkapkan Nacep Jamaludin, S.Pd selaku Korwilcambidik Kecamatan Karawang Timur saat mengetahui bahwa 3 sekolah diwilayahnya mendapatkan penghargaan sebagai sekolah penggerak

"Alhamdulillaah. Saya ikut bangga dengan prestasi yang telah diraih oleh 3 satdik (Sekolah Penggerak) yang ada di Korwil Kartim, sebagai SEKOLAH PENGGERAK TERBAIK di Kab. Karawang," ungkapnya. Selasa (30/5/2023).

Dalam prestasi tersebut, 3 sekolah yang berhasil mendapatkan predikat sebagai sekolah penggerak diantaranya adalah SDN Karawang Wetan I, SDN Palumbonsari I dan TKIT Annisa yang merupakan binaan dari Korwilcambidik Karawang Timur.

Selain memberikan ucapan selamat, Nacep juga berharap bahwa prestasi tersebut agar bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi satdik (Satuan Pendidik) di Karawang Timur.

"Semoga jadi motivasi dan inspirasi bagi satdik yang lain untuk terus menerus meningkatkan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat. Selamat, semoga Alloh SWT meridhoi semua yang sudah dilakukan. Pungkasnya. (NN)*

IMG-20230529-WA0078

Tanggapi Kritikan Sekjen LSM Kompak Reformasi terhadap Kelompok Pakar, Asep Agustian Angkat Bicara

Asep Agustian, SH., MH., Ketua Kelompok Pakar DPRD Karawang

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Beredar pemberitaan terkait kritik terhadap kinerja Kelompok Pakar, perihal hasil Rapat Dengar Pendapat (RDP) Plt Dirut RSUD karawang, langsung ditanggapi oleh Ketua Kelompok Pakar DPRD Karawang, Asep Agustian, SH. MH.

Dijelaskan Askun (Asep Kuncir) sapaan akrabnya, bahwa kritikan tersebut salah kaprah dan tidak memahami aturan soal keberadaan Kelompok Pakar di DPRD Karawang.

"Perlu diketahui tupoksi Kelompok Pakar itu bukan Dewan Pakar. Kelompok Pakar tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya yang terdiri dari tujuh anggota. Tujuh keanggotaan dengan masing-masing tupoksinya, hanya memberikan sebuah saran dan masukan jika dibutuhkan oleh DPRD. Jadi kita tidak bisa langsung eksekusi," ujar Askun, Senin,(29/5/2023).

Askun menambahkan, pihaknya menyampaikan kepada Anggota Dewan, baru dibawa ke dalam RDP, amanah itu pertama dari Kelompok Pakar. Bahkan secara pribadi, sebagai Pemerhati Kebijakan Pemerintah Daerah sudah menyampaikan melalui pemberitaan terkait apa yang sudah divonis melanggar Aturan KSN.

"Maka turunlah (RDP.Red) itu, menjadi tugas Anggota Dewan di Komisi I. Akan tetapi eksekusi akhirnya tetap di eksekutif. Seperti apa aturan dari Kementrian bahwa PLT ini tidak bisa bertahun-tahun, maka tegurlah oleh DPRD. Sedangkan hasilnya, siapa yang eksekusi ya eksekutif, siapa di bawah Bupati yang sesuai ya BKPSDM. Jadi keputusan ujungnya ada di Bupati," jelasnya.

Masih Askun menambahkan, sebelum menyampaikan kritik, perlu dipahami alurnya, jadi DPRD tidak bisa eksekusi. Seperti halnya saat DPRD membuat Perda, itupun sifatnya hanya usulan. Dan tidak mungkin berjalan jika tidak ada Peraturan Bupati, jadi semua kembali kepada Eksekutif. Kembali soal Plt berlarut-larut dan melanggar aturan KSN, seperti apa sanksinya, justeru itu yang perlu dipertanyakan.

"Karena apa yang diamanahkan KSN itu adalah untuk tidak melanjutkan, terus Kelompok Pakar hanya menyampaikan kepada DPRD bahwa ada yang seperti ini, hanya sekedar masukan, makannya baca lagi aturannya," paparnya.

Sambung Askun masih menambahkan, kemudian dari kritik pemberitaan terhadap Kelompok Pakar, apa yang hendak dipertanyakan, sementara pihaknya tidak ada kewenangan untuk menyampaikan kepada yang bukan haknya. Tidak mungkin Kelompok Pakar hadir dan mempertanyakan langsung kepada audience saat RDP.

"Saya hanya bisa ketawa, alurnya mau kemana, kalau mau memang toh ingin merasakan jadi Kelompok Pakar ya daftar, yang bicara di media itu silahkan daftar jadi Kelompok Pakar, sesuai kemampuan yang dimiliki. Biar tahu, jangan asbun (asal bunyi)," tandasnya. (red)*

IMG-20230529-WA0065

Penurapan Tersier di Desa Kertamukti Kecamatan Cilebar Diduga Curangi Volume Ketinggian

Hasil kroscek awak media dilokasi pekerjaan

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Maraknya proyek pembangunan yang terkesan asal jadi dan ramai di sorot publik, sementara dari pihak Dinas PUPR Karawang terkesan santai dalam melaksanakan tugas dan tupoksinya. Bahkan, dalam segi pengawasan proyek pembangunan pemerintah terkesan cuek dan bungkam. Senin (29/5/2023).

Proyek penurapan saluran tersier di Dusun Kalenjaya dan Dusun Kepuhjaya, Desa Kertamukti, Kecamatan Cilebar kabupaten Karawang, Provinsi Jawabarat, diduga terkesan lepas dari pengawasan Dinas Pupr Karawang.

Dari hasil investigasi awak media, banyak ditemukan kejanggalan kepada proyek penurapan tersier tersebut, mulai dari ketinggian yang diduga tidak maksimal, pemasangan batu kali sampai komposisi adukan pasir serta diduga lepas dari pengawasan Dinas Pekerjaan Umun dan Penataan Ruang (DPUPR) Karawang.

Penurapan saluran tersier di desa Kertamukti yang dikerjakan oleh CV.TRISULA WIJAYA
Volume : Panjang : 2 x 129,00 M' ; Tinggi : 1,00 M'
Sumber Dana : APBD KABUPATEN KARAWANG 2023
Kontrak : 027.2/…../02.2.02.14.31/KPA-SDA/PUPR/2023
Nilai Kontrak : Rp.189.345.000,00
Waktu Pelaksanaan : 60 Hari Kalender (15 Mei - 13 Juli 2023)

Hasil kroscek ukur ulang awak media, ditemukan ada kejanggalan di ketinggian penurapan tersier di desa Kertamukti kecamatan Cilebar, kalau dilihat dari papan proyek yang terpasang dilokasi kegiatan, tingginya 1.00 M' tapi fakta dilapangan awak media menemukan kekurangan tinggi yang bervariatif, ada ketinggian 0,80 sampai 0,82 cm.

Petani setempat yang tidak jauh sawahnya dilokasi kegiatan, UJ (Inisal) mengatakan bahwa pekerjaan tersebut dinilai tidak maksimal.

"Pagawean na mah alus, pasangan batu na katingali rapih, ngan hanjakal handap na pinuh ku cai jeung leutak, eta padahal di bere terpal pake nahan cai ambeh ulah asup ka lokasi galian, ngan angger we cai jeung leutak na teu di piceun. Teras batu na di seseb-sesebkeun tinu leutak eta, tapi sakitu ge urang ngahaturkeun nuhun ka Pemda karawang tos ngabangun turap pake nahan supados sawah ulah kabanjiran upami usum hujan," ujarnya dalam bahasa sunda.

Jika diartikan kedalam bahasa Indonesia mungkin sebagai berikut. "Pekerjaan pasangan batu nya bagus terlihat rapih cuma sayang di bawah nya penuh air dan lumpur, padahal sudah di kasih terpal untuk nahan air agar tidak masuk dalam galian,cuma tetap aja air dan lumpur tidak di buang, terus batu batu nya hanya di tancapkan di lumpur tersebut, dan segitu juga saya sebagai masyarakat mengucapkan terima kasih kepada pemda Karawang karena sudah membangun turap sehingga sawah tidak akan kebanjiran di waktu musim penghujan,"

Ditempat terpisah, Faisal, SH selaku pemerhati pembangunan kepada awak media menuturkan bahwa proyek turap tersier yang berlokasi di Desa Kertamukti, Kecamatan Cilebar, sejak melihat data yang dipegang awak media, sudah terlihat tidak sesuai RAB (Rencana Anggaran Biaya) proyek penurapan dengan anggaran Rp.189.345.000, 00 dinilai asal-asalan atau diduga tidak spesifikasi.

"Ketinggiannya pun kalau di lihat di papan proyek 1 meter, tapi kenyataan dilapangan hanya 0,8 meter. Dan air galian lumpur tidak dikeluarkan seluruhnya," ungkap Faisal

Menurutnya, seharusnya galian pondasi harus dikeringkan dahulu, baru dilakukan pemasangan batu menggunakan campuran semen dan pasir, sebagai pengikat atau perekat agar kuat, bukan di tancap-tancapkan seperti itu.

"Kalau seperti ini, pekerjaan penurapan tersier di desa Kertamukti diduga tidak sesuai spesifikasi, tingginya saja cuma 0,80 M," tegas Faisal.

Pihak Dinas terkait diminta harus tegas dan segera kroscek kelapangan terkait adanya proyek di wilayah Desa Kertamukti, Kecamatan Cilebar tersebut, karena dikhawatirkan uang negara ini tidak terserap dengan maksimal.

Lebih lanjut, Faisal juga berharap kepada pihak Kepolisian dan Kejaksaan agar ikut mengawasi penurapan tersier, jangan sampai nanti pelaksanaan proyek asal jadi dan terjadi penyelewengan uang rakyat. Karena korupsi sudah pasti berdampak pada kualitas pembangunan. Dan yang diuntungkan adalah pihak oknum pemborong yang memanfaatkan uang rakyat untuk memperkaya diri sendiri.

Sampai berita ini dipublikasikan, pihak pelaksana dan pengawas belum bisa dikonfirmasi untuk dimintai klarifikasinya, dan akan terbit di edisi berikutnya. (PN)*

IMG-20230529-WA0016

Menyoroti Batching Plant Wika Beton yang Langgar Tata Ruang, Pengamat Kebijakan Pemerintah Angkat Bicara

Asep Agustian, S.H., M.H.

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Batching plant PT Wijaya Karya Beton yang berlokasi Jalan Interchange Karawang Barat disinyalir telah melanggar tata ruang Kabupaten Karawang.

Pasalnya, meski Wika Beton mendapat izin pendirian bangunan dari Pemkab Karawang karena ada surat rekomendasi dari Kementerian ATR tetapi lokasi dibangunnya batching plant tersebut bukan zona industri, tetapi zona pemukiman dan pedesaan.

Menyikapi hal itu, pengamat kebijakan pemerintahan Kabupaten Karawang, Asep Agustian, S.H., M.H., mengaku tidak habis pikir dengan sikap yang dilakukan oleh PT Wika Beton.

PT Wika Beton menurutnya bukan perusahaan skala kecil dan menengah, tetapi merupakan perusahaan besar yang tentunya mengerti tatanan segala aturan.

“Saya pikir orang-orang Wika Beton itu pada pintar, apakah sebelumnya mereka tidak survei ke lokasi untuk memastikan zona itu masuk zona industri atau tidak? Kalau memang ternyata ada lahan batching plant yang masuk LP2B, maka bagaimana nasib sawah milik para petani yang ada sekitar batching plant tersebut,” ujarnya yang juga Ketua Peradi Karawang ini kepada media, Senin (29/5/2023).

“Kenapa sih Wika Beton enggak cari lahan lain yang tidak melanggar aturan apapun,” sambungnya.

Ia pun menyoroti soal kontrak lahan batching plant Wika Beton yang ternyata sudah habis pada Oktober 2022, kemudian pihak Wika Beton mengaku sudah memperpanjang izin tersebut hingga Oktober 2023.

“Saya meminta dengan tegas agar Satpol PP dan Polres Karawang untuk datang ke lokasi batching plant untuk memeriksa dan mengevaluasi segala perizinannya termasuk konon ada perpanjangan kontraknya dan bila perlu segel dulu bathcing plant tersebut,” tegas pria berkacamata yang akrab disapa Asep Kuncir (Askun) ini.

Ia pun turut menyoroti perihal ada kabar ‘deal-dealan’ atas konsekuensi diberikannya izin pendirian batching plant tersebut meski telah melanggar tata ruang Kabupaten Karawang.
“Buka semua ke publik, jangan korbankan masyarakat Karawang, saya pikir masyarakat Karawang banyak kok yang pintar, enggak bisa dibodoh-bodohi,” ucapnya.

Askun menambahkan, dirinya tidak ada kepentingan apapun saat mengkritisi batching plant Wika Beton yang melanggar tata ruang, sehingga jika ada ketersinggungan pihak lain maka hal itu semata karena dirinya merasa miris lantaran melanggar aturan dianggap enteng.

“Jangan menggampangkan sebuah persoalan lah, semua itu harus sesuai dengan aturan dan peraturan yang ada,” tutupnya. (red)*

IMG-20230529-WA0005

Kabar Gembira, BMMK bersama PEPADI Karawang akan Membuka Pendaftaran Kursus Dalang Wayang Golek

Pamflet pendaftaran kursus dalang wayang golek

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Kabar gembira, untuk kalian yang berminat dan berkeinginan belajar menjadi seorang dalang, BMMK (Badan Musyawarah Masyarakat Karawang) dalam upaya pelestarian kebudayaan, bekerjasama dengan PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) akan membuka pendaftaran kursus untuk menjadi dalang wayang golek pada bulan Juli 2023.

Adapun pendaftaran peserta tersebut dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok usia PAUD dan SD, kelompok SLTP dan SLTA serta kelompok usia dewasa. Yang dimana dari ketika kelompok tersebut tentunya akan berbeda dari tahapan kursusnya melalui penyesuaian usia.

Mengenai tempat kursusnya, ada 4 titik lokasi yang ditunjuk, yaitu di Sekretariat BMMK (Disparbud Karawang), Kemudian di Padepokan Gentra Manah PEPADI Jabar, Padepokan Cinta Komara 3 dan di Sanggar Seni Rengganis Cikampek.

Untuk biaya kursusnya dijamin sangat terjangkau. Dengan tenaga pengajar dan pembimbing yang profesional dibidangnya, yang tentunya akan bisa mengarahkan dan mengasah potensimu untuk lebih mahir menjadi seorang dalang.

Jika berminat atau ingin sekedar konsultasi untuk informasi detailnya, kalian bisa datang langsung ke lokasi tempat pendaftaran di Sekretariat BMMK Karawang, tepatnya di Kompleks Disparbud Karawang, Jln. Alun-Alun no 2, Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang. Atau bisa menghubungi Contact Person Pusat Informasi di nomor 08578298546 (WhatsApp).

Jadi, tunggu apalagi, persiapkan diri dan raih mimpimu untuk selangkah lagi menjadi seorang dalang profesional. (Pri)*

IMG-20230528-WA0051

Menyikapi Hasil RDP Terkait Plt. Direktur RSUD Karawang, Sekjen LSM Kompak Reformasi Pertanyakan Kinerja Kelompok Pakar dan Sindir DPRD

Pancajihadi Al Panji, Sekjen LSM Kompak Reformasi

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Sekjen LSM Kompak Reformasi Pancajihadi Al Panji menyikapi terkait pernyataan Asep Agustian di media saat beberapa hari setelah dikukuhkan menjadi anggota kelompok pakar, yang menyebut bahwa kehadiran kelompok pakar akan menjadikan DPRD menjadi lebih baik, menurutnya hanyalah isapan jempol belaka.

"Pernyataan salah seorang anggota Kelompok Pakar Asep Agustian di media beberapa hari setelah dikukuhkannya beliau menjadi anggota kelompok pakar bahwa kehadiran kelompok pakar akan menjadikan DPRD menjadi lebih baik. pernyataan tersebut hanyalah isapan jempol belaka," ucapnya, Minggu (28/5/2023).

Menurut Panji, hal tersebut terbukti dari hasil RDP (Rapat Dengar Pendapat) Komisi 1 DPRD bersama BKPSDM dan Plt. Direktur RSUD lalu, karena berdasar informasi yang ia dapatkan, diketahui bahwa tidak ada pendampingan maupun masukan dari kelompok pakar.

"Ini terbukti dari hasil Rapat Dengar Pendapat Komisi 1 DPRD dengan BKPSDM dan Plt. Direktur RSUD. Bahkan, menurut informasi yang kami dapatkan tidak ada pendampingan atau masukan dari tim kelompok pakar. Terutama yang membidangi keahlian hukum. Padahal rencana RDP itu jauh-jauh hari sudah diumumkan oleh Ketua Komisi 1. Harusnya proaktif mendampingi," ungkapnya.

Panji menegaskan, bahwa seharusnya dengan diminta ataupun tidak, setidaknya kelompok pakar sudah menyampaikan nota kedinasan pendapat terkait perspektif hukum tentang jabatan Direktur RSUD.

"Walaupun diminta atau tidak, setidaknya sudah menyampaikan berupa nota kedinasan pendapat kelompok pakar terkait jabatan direktur RSUD dalam perspektif hukum terlepas sejalan atau tidak dengan keinginan Eksekutif, yaitu Bupati selaku Pejabat Pembina Kepegawaian," tegasnya.

Panji pun menambahkan, publik mungkin tahu, bahwa Asep Agustian pernah menyampaikan komentar di media, terkait rekomendasi KASN yang ternyata sependapat dengan dirinya, yaitu dengan mengembalikan jabatan dr Fitra ke dokter fungsional.

"Kalau kita amati, secara pribadi kita sama-sama tahu bahwa Asep Agustian pernah berkomentar di media menanggapi rekomendasi KASN dan pendapatnya sejalan dengan KASN yaitu mengembalikan dr. Fitra ke dokter fungsional," tambahnya.

Bahkan, dirinya menyayangkan dan menyindir DPRD, bahwa dengan anggaran sekitar Rp. 50,2 juta perbulan ternyata tidak menjadikan DPRD lebih baik, terlebih dalam hal tersebut DPRD malah terlihat seperti Jubir (Juru Bicara) BKPSDM.

"Disayangkan juga dengan anggaran 50,2 juta perbulan tapi hasilnya tidak menjadikan DPRD lebih baik. Terlihat ketika ketua Komisi satu seperti jubir BKPSDM," sindirnya.

Lebih lanjut, Panji juga menanyakan terkait kehadiran kelompok pakar yang belakangan nyaris tak terdengar. Padahal, dirinya optimis ketika melihat debut pertamanya dalam menyikapi kekosongan jabatan di Karawang.

"Pada awalnya kami optimis dengan kehadiran kelompok pakar, terlebih debut pertamanya meyikapi persoalan 26 jabatan kosong. Dan sekarang kinerjanya nyaris tak terdengar. Apa memang kurang sosialisasi kinerja kelompok pakar? atau memang kitanya tidak tahu hasil kenerja kelompok pakar?, Atau memang kinerjanya tertutup untuk publik?," pungkasnya. (Pri)*

IMG-20230528-WA0026

Siap Berjuang All Out di Pileg 2024, Dede Anwar Hidayat Bertekad Fokus dalam Peningkatan Mutu dan Kualitas Dunia Pendidikan

DR. Anwar Hidayat, SH., MH, (Dede Anwar) Bacaleg DPRD Dapil VI Kabupaten Karawang

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Usai resmi di usung DPC Partai PDIP Karawang dan telah terdaftar di KPU Karawang sebagai Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) di Dapil VI Karawang, DR. Dede Anwar Hidayat menyatakan siap berjuang All out di kontestasi Pemilu legislatif tahun 2024.

Dede Anwar menegaskan, sebagai seorang pejuang, dirinya akan bertarung semaksimal mungkin meraih kursi DPRD Karawang dari Dapil VI.

"Tentu dengan strategi yang berbeda dengan calon lainnya, saya tidak peduli apakah nanti sistem Pemilu nya tertutup atau terbuka, saya akan tetap maju dan berjuang di Pemilu legislatif 2024," ungkapnya saat di temui awak media di kediamannya, Jum'at (26/5/2023).

Menurutnya, profesi yang dijalankannya sehari hari sebagai pengusaha dan akademisi itu sudah merupakan bentuk konsolidasi dan interaksi dengan masyarakat, walaupun dirinya tidak secara langsung menyampaikan kepada masyarakat akan maju sebagai Bacaleg.

"Semua berjalan alami saja," ujar Dede Anwar yang saat ini menjadi Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPC PDI Perjuangan Karawang.

Dede Anwar mengatakan, jika kelak dirinya terpilih menjadi anggota DPRD Karawang, dirinya akan fokus pada peningkatan mutu dan kualitas dunia pendidikan di Kabupaten Karawang, Karena pendidikan adalah pondasi utama kemajuan suatu daerah.

"Infrastruktur pendidikan adalah hal terpenting dalam meningkatkan indeks pembangunan sumber daya manusia, maka Pemerintah daerah dan legislatif harus fokus pada program pembangunan infrastruktur pendidikan di Karawang, dengan komunikasi dan kolaborasi yang baik dengan seluruh stakeholder saya yakin dunia pendidikan akan maju dan berkualitas," pungkasnya. (red)*

IMG-20230525-WA0037

Dinilai Buruk dalam Kinerja, Ormas Paguyuban Maskar Geruduk Kantor Disdikpora Karawang

Foto saat Ketua dan anggota Ormas Paguyuban Masyarakat Karawang di ruang rapat Disdikpora Karawang

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Ormas Paguyuban Masyarakat Karawang mendatangi Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Karawang.

Sebelumnya, Ormas Paguyuban Maskar telah mengirimkan surat audiensi untuk menyampaikan aspirasinya terkait buruknya kinerja Disdikpora Kabupaten Karawang.

Namun saat audiensi tersebut diselenggarakan, omas Paguyuban Maskar tidak mendapatkan tanggapan dari kepala dinas dan Kabid SD/SMP, karena dalam audiensi tersebut pihak Disdikpora hanya diwakili oleh Sekretaris Dinas Cecep dengan didampingi Kasi Dikdas Yanto.

“Kami menilai ini malah kadis terkesan alergi tidak hadir dalam audensi ini,” ungkap Ketua Ormas Paguyuban Maskar Kabupaten Karawang, Supardi saat di ruangan rapat kepala dinas Disdikpora, pada Rabu (24/05/2023).

Dikatakan Supardi, tujuan audiensi bersama rekan-rekan anggotanya, yaitu ingin memberikan kritikan dan masukan mengenai buruknya kinerja Disdikpora Karawang, terlebih terkait atas adanya temuan BPK Tahun Anggaran 2020-2021.

“Kami ke sini dengan niat baik dan tujuan baik, Kami menilai Disdikpora ini mempunyai prestasi yang kurang baik sekali, beberapa tahun ke belakang ini,” ujar Supardi.

Menurut Supardi, apa yang disampaikan tersebut, adalah salah satu bentuk kepedulian pihaknya selaku putra daerah terhadap Disdikpora Karawang.

“Aksi ini bentuk rasa kepedulian kami agar ke depannya hal seperti ini jangan terulang kembali. Dan ini tindakan awal kami, apa bila apa yang disampaikan tidak direspon, mungkin kami akan mengambil langkah-langkah lain, dengan melaporkan ke pihak aparat penegak hukum” Tegas Supardi.

Ungkapan lain pun disampaikan oleh anggota Maskar Nanang, terkait adanya dugaan banyaknya pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi, pengawasan buruk dan tidak tepat sasaran, serta banyaknya pekerjaan yang telah rampung dikerjakan, namun kurang baik dalam pengerjaannya.

“Tujuan audiensi ini kita ingin bagaimana mengawal dunia pendidikan lebih baik lagi, baik dari segi pembangunan, pembelajaran, maupun pendidikannya, dan terkait masalah kegiatan ke depan kami berharap jangan sampai dinas dan lembaga saling berbenturan, berpatokan lah pada Undang-undang dan aturan hukum,” jelas Nanang.

Menurutnya, yang duduk di disdikpora banyak yang bukan ahlinya, sehingga apa yang dikerjakan menjadi carut marut.

“Yang jelas kami ingin mengawal pembangunan di Kabupaten Karawang ini lebih berkualitas lagi,” tuturnya.

Menanggapi apa yang disampaikan oleh Ormas Paguyuban Maskar, Sekdis Disdikpora Cecep sangat menyambut baik masukan dan kritik tersebut, dirinya berjanji akan mengakomodir semua apa yang menjadi harapan Ormas Paguyuban Maskar tersebut.

“Kami menyambut baik apa yang disampaikan, tapi kami mohon maaf kami tidak bisa mengambil keputusan, nanti apa yang menjadi keinginan kita sampaikan ke kepala dinas, karena yang bersangkutan sedang tidak ada di kantor, lagi banyak kegiatan dan bukan alergi terhadap kedatangan Ormas Paguyuban Maskar," tandasnya. (red)*

IMG-20230524-WA0064

Puluhan Tahun Berdiri, Terungkap bahwa Pengembang Perumahan GPI Belum Serahkan Fasos dan Fasum

Audiensi antara pihak terkait bersama Pemdes Purwasari dengan Pengembang Perumahan Griya Pesona Indah di Gedung DPRD Karawang

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Kepala Desa Purwasari bersama puluhan warga mendatangi kantor DPRD Kabupaten Karawang, untuk mengadukan terkait Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum (Fasos dan Fasum) Perumahan Griya Panorama Indah (GPI) yang belum diserah terimakan oleh pengembang ke Pemerintah Daerah. Padahal, perumahan tersebut sudah berdiri sejak 22 tahun lalu. Rabu (24/5/2023).

Kepala Desa Purwasari, Jimi mengungkapkan bahwa perumahan GPI tersebut sudah berdiri hampir 22 tahun, namun karena fasos dan fasum yang belum diserahterimakan ke Pemerintah Daerah (Pemda) sehingga menurutnya dapat menghambat pembangunan yang akan dilakukan, baik itu oleh Pemda atau pun Pemerintah Desa (Pemdes).

"Diharapkan hasil dari pertemuan ini akan adanya gambaran bagi pemdes terkait proses penyerahan fasos dan fasum perumahan. Serta adanya dorongan kepada pengembang agar segera melakukan penyerahan fasos dan fasum Perumahan GPI ini," ungkap Jimi.

Senada dengan yang diungkapkan Kades, Teguh selaku Kepala Dusun Panorama Desa Purwasari pun memaparkan, selama ini masyarakat cukup kesulitan untuk mendapatkan pembangunan fasilitas yang ada di Perumahan GPI. Bahkan untuk pembangunan infrastruktur selama ini masyarakat melakukan pembangunan secara swadaya.

"Untuk TPU kami juga membeli lahan secara swadaya pada tahun 2003 seluas 600 meter dan tahun 2023 ini 1.000 meter," papar Teguh.

Direktur PT Panorama Mega Realtindo, Louis Tedja merasa telah melakukan permohonan serah terima fasos dan fasum perumahan GPI, bahkan telah dilakukan verifikasi pada tahun 2003 lalu.

Namun sayangnya, pernyataan dari pihak pengembang tersebut tidak dibuktikan dengan data-data berupa dokumen permohonan serta dokumen verifikasi.

"Kami dari pengembang sudah beritikad baik dengan hadir di pertemuan kali ini. Kami sudah melakukan permohonan (penyerahan fasos fasum) pada 2003 lalu, bahkan ada juga memo dari tim verifikasi. Kami berniat untuk menyelesaikan permasalahan ini sampai tuntas," ungkap Luois.

Sementara itu, Sekretaris Dinas PRKP Karawang, Anyang Saehudin memaparkan, berdasarkan data base yang ada di Dinas PRKP belum tercatat adanya serah terima fasos dan fasum perumahan GPI.

"Jika pengembang perumahan GPI merasa sudah menyerahkan pada tahun 2003, mana buktinya? karena sampai hari ini belum tercatat di PRKP kalau perumahan GPI ini sudah menyerahkan fasos dan fasum," cetusnya.

Ditempat yang sama, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Karawang, H. Endang Sodikin mengatakan, Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama masyarakat Perumahan GPI tersebut pada intinya adalah untuk mendapatkan penyelesaian terkait serah terima fasos dan fasum, sehingga kedepan masyarakat dapat merasakan pembangunan dari pemda. Karena selama fasos dan fasum belum diserahkan oleh pengembang kepada pemda, maka pemda tidak dapat melakukan pembangunan di perumahan tersebut.

"Pada intinya kami di DPRD memfasilitasi masyarakat Perumahan GPI serta Pemdes Purwasari untuk mendapatkan kejelasan terkait Fasos dan Fasum Perumahan GPI, sehingga permasalahan ini dapat segera diselesaikan," ujar Kang HES sapaan akrab H. Endang Sodikin.

Kang HES menuturkan, dalam pertemuan tersebut ada perbedaan argumen dari pihak pengembang yang merasa telah melakukan penyerahan ke pemda, sedangkan data base di PRKP atau pun di DPKAD Karawang belum tercatat adanya serah terima fasos dan fasum perumahan GPI.

Untuk itu, pihaknya akan mengagendakan ulang RDP dengan meminta pihak pengembang agar membawa dokumen-dokumen yang menjadi bukti telah dilakukan serah terima fasos dan fasum perumahan GPI.

"Kami akan agendakan ulang pertemuan ini. Namun hari ini kami semua baik dari masyarakat, pemda atau pun pihak pengembang sudah berkomitmen untuk menyelesaikan permasalahan ini hingga tuntas. Bahkan pihak pengembang juga sudah menyatakan kesiapannya untuk penyelesaian permasalahan ini, sekalipun harus mengulang proses penyerahan fasos dan fasum perumahan GPI ini," tandasnya. (red)*

IMG-20230524-WA0059

Batching Plant Langgar Tata Ruang Karawang, Pihak Wika Beton Akui ada Rekomendasi dari Kementerian ATR

Batching Plant milik PT. Wijaya Karya Beton di Jl. Interchange Karawang Barat

Jendela Jurnalis Karawang, JABAR -
Pembangunan batching plant PT Wijaya Karya Beton di Jalan Interchange Karawang Barat disinyalir salahi tata ruang Kabupaten Karawang.

Pasalnya, batching plant tersebut dibangun di Zona Kuning yang diperuntukkan sebagai permukiman dan perdesaan, bukan untuk zona industri. Selain itu, pembangunan batching plant tersebut juga disinyalir menggerus zona LP2B.

Berdasarkan informasi yang didapat redaksi Jendela Jurnalis, awalnya Pemkab Karawang menolak pembangunan batching plant di area tersebut. Namun kemudian ketika ada surat rekomendasi dari Kementerian ATR bahwa pembangunan batching plant itu untuk mendukung proyek strategis nasional (PSN) kereta cepat, Pemkab Karawang akhirnya mengizinkan pembangunan batching plant tersebut dengan jangka waktu tiga tahun, 2019 hingga Oktober 2022.

Namun demikian, disinyalir Pemkab Karawang meminta ‘konsekuensi’ atas keluarnya izin tersebut dengan sejumlah syarat, di antaranya memugar gerbang gapura Selamat Datang Kabupaten Karawang di Jalan Interchange (dekat Hotel Novotel).

Saat audiensi dengan DPC Media Online Indonesia (MOI) Kabupaten Karawang, Legal Officer PT Wika Beton Tbk., Sofyan Arerroz, tidak menampik bangunan batching plant tersebut salahi aturan tata ruang Kabupaten Karawang.

“Ya karena ini untuk mendukung proyek PSN Kereta Cepat dan ada rekomendasi dari Kementerian ATR, maka keluar IMB, UKL/UPL dan sebagainya untuk membangun batching plant,” ujarnya.

Pihaknya pun tidak mengelak jika sebelumnya telah mendapat teguran dari DPMPTSP Karawang lantaran telah habis masa sewa lahan, yakni pada Oktober 2022.

“Tetapi karena proyek Kereta Cepat belum kelar juga hingga Oktober 2022, maka kami memohon perpanjangan sewa lagi untuk satu tahun kedepan lagi, yakni hingga Oktober 2023,” ungkapnya.

Ia menambahkan, setelah habis kontrak sewa lahan pada Oktober 2023, pihaknya akan mengembalikan fungsi lahan bathcing plant seperti semula. Namun Sofyan tidak memastikan adanya kabar ‘konsekuensi’ imbas dikeluarkannya izin pendirian bacthing plant dengan pemugaran gerbang selamat datang dan atau pembangunan taman bunderan Interchange.

"Saya kurang paham terkait deal-dealan terkait perijinan yang dipersyaratkan pemugaran gapura. Dulu saya pernah dengar selentingan itu. Mungkin itu koordinasi antara atasan saya yang lama dengan pihak Pemkab Karawang, karena saya masuk tahun 2019 sedangkan proyek tahun 2018," tutupnya. (red)*