Pantang Mundur! Pasukan dari Karawang Gelar Patroli serta Ajak Masyarakat Lawan Undius dan Daniel Aibon Kogoya untuk Jaga Intan Jaya
Jendela Jurnalis, Intan Jaya -
Pasca beberapa kali kejadian penembakan oleh KST di Puncak, serta upaya OTK mendekati Pos Pasukan Kostrad tengah malam di Intan Jaya, Letkol Inf. Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila mengambil sikap. Ulah KST bukannya menciutkan nyali pasukan Tengkorak sehingga bersembunyi di kandang. Raja Aibon justru bergerak, berpatroli siang malam di Kota dan di hutan, serta mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan di Intan Jaya, demi melawan gerombolan yang akan mengganggu ketenangan dan kenyamanan masyarakat.
Gebrakan yang dilakukan oleh pasukan Kostrad dari Karawang semenjak menginjakkan kaki di Intan Jaya pertengahan September lalu, membuat masyarakat Intan Jaya jatuh hati kepada Raja Aibon dan pasukannya. Apalagi Satgas Elang Pimpinan Kapten Inf. Puji alias Bos Mamba, memberikan dukungan maksimal terhadap aksi-aksi pasukan Tengkorak. Perubahan di Intan Jaya terlihat cukup signifikan. Kesulitan masyarakat perlahan teratasi. Fasilitas pelayanan, hiburan dan rekreasi dibangun dan diperbaiki.
Bahkan, para Prajurit TNI-AD ini sedang bekerja keras, menyelesaikan pembangunan Gereja yang telah lama terbengkalai, agar dapat dimanfa'atkan pada saat perayaan Natal tahun ini. Dukungan dari Kasad, Pangkostrad dan Pangdivif 1 Kostrad serta para Perwira Akmil lulusan tahun 2004, ARUPADATU sangat membantu Raja Aibon dan pasukannya dalam menjalankan program-program, demi membantu mengatasi kesulitan masyarakat di Intan Jaya.
Bukannya mudah bekerja dalam situasi daerah dimana KST mengintip dari segala penjuru. Para gerombolan tanpa henti mencari kelengahan Prajurit untuk memenuhi nafsunya, mengganggu stabilitas keamanan di Intan Jaya. Walaupun Sabinus Waker dan kelompoknya yang bermarkas di Ugimba telah menyatakan dukungannya terhadap pembangunan di Intan Jaya, tidak demikian dengan kelompok Undius Kogoya dan Daniel 'Aibon' Kogoya. Dua kelompok ini justru tidak senang dengan adanya pembangunan.
Setiap ada pekerja, selalu dijadikan sasaran tembak, selain pasukan TNI-Polri yang dijadikan sebagai sasaran utama. Itulah kenapa, oleh Sabinus Waker yang dalam Organisasi KST menjabat sebagai Panglima Kodap di IntanJaya, menganggap kelompok Undius dan Daniel Kogoya sebagai kelompok teroris. Apalagi Undius dan Daniel bukan warga asli Intan Jaya. Dua Pimpinan Gerombolan ini adalah pendatang dari daerah lain di Papua, yang selalu membuat kekacauan di Intan Jaya.
"Kita jangan sampai ditakut-takuti oleh manusia kardus yang tak berpendidikan. Kita pasukan terlatih. Jauh-jauh kita datang dari Karawang ke sini, bukan untuk pindah makan tidur. Program yang sedang dan akan kita kerjakan harus terus berlanjut. Sebelum mereka mendekat dan membidik kita, lebih baik kita yang cari mereka. Yang penting jangan ada yang lengah. Semua harus disiplin. Apalagi masyarakat senang dengan apa yang kita perbuat. Bagi yang ketakutan, silahkan acung tangan, masuk barak tarik selimut. Atau sekalian saja pulang ke Kampung halaman," ucap Ardy si Raja Aibon Kogila, saat briefing bersama para unsur Pimpinan Satgas Yonif PR/305 Tengkorak.
Dimulai dini hari, Kamis, 18 Nopember 2022, para Ksatria Tengkorak aktif bergerak, mengintai, mengantisipasi rute-rute yang kemungkinan dilalui oleh para gerombolan. Hal ini dilakukan, karena berdasarkan informasi dari Satgas Intel, kelompok Undius dan Daniel sedang merencanakan penyerangan ke Pos-pos Apkam di Intan Jaya. Bahkan mereka juga berencana mengganggu para tukang ojek dan pemilik kios-kios.
Hal inilah yang membuat para Prajurit Kostrad berusaha menghambat, agar para KST tidak masuk Kota, demi tetap terselenggara dan lancarnya roda perekonomian di Intan Jaya. Bukan hanya dalam gelap dan di hutan-hutan, para Ksatria Tengkorak juga berpatroli di pagi, siang dan sore hari, di sepanjang jalan di Kota Sugapa, demi meyakinkan masyarakat, bahwa kehadiran Prajurit TNI benar-benar untuk memberikan rasa aman kepada mereka.
Yakob Sondegau, Gembala Gereja Bazemba yang saat ini sedang dibangun, menyampaikan kepada Lettu Inf. Wira alias Komandan Wira, bahwa masyarakat Intan Jaya sangat senang dengan Prajurit TNI Pimpinan Raja Aibon Kogila. Hal itu disampaikan ketika pada Jum'at pagi, Gembala Yakob mendatangi Posramil J2, menanyakan kepada Komandan Wira tentang tidak adanya Prajurit yang bekerja kemarin (Kamis, red) dan hari ini (Jum'at). Setelah Komandan Wira menyampaikan alasannya, terlihat Tokoh Agama keturunan Kepala Suku Besar mendiang Oktavianus Sondegau, kaget bercampur kesal. Kesal tentunya bukan kepada para Ksatria Tengkorak, namun kepada Undius dan kelompoknya.
"Bapak jangan ragu membangun Gereja. Kita sudah bicara kepada masyarakat, kalau Bapak-bapak TNI sekarang baik. Kita sudah sepakat untuk jaga Bapak-bapak. Bapak Camat juga sudah bicara, jika ada yang ganggu TNI bangun Gereja, maka harus kita bunuh, kita potong dia punya leher, kita serahkan ke keluarganya. Jangan TNI saja yang perang, kita juga berperang dengan panah. Nanti Bapak-bapak bekerja, masyarakat akan jaga di kali. Kalau mereka datang, masyarakat usir. Yokatapa, Bazemba, Wandoga, itu keluarga besar. Kita sudah sepakat, ini mau Natal, tidak boleh ada ganggu-ganggu" ucap Gembala Yakob Sondegau, di hadapan Komandan Wira.
Di tempat lain, tepatnya di Amakanie Kaffe depan Posramil Holomama, Raja Aibon yang selesai memimpin patroli pagi, sengaja meminta Bertus Sani dari Galunggama dan Osea Zani dari Mamba, untuk datang menemui. Dari kedua Tokoh Pemuda Fam Sani, Raja Aibon mendapatkan informasi yang sama, bahwa masyarakat merasakan perubahan suasana semenjak kehadiran pasukan Tengkorak. Upaya menghidupkan suasana di Intan Jaya juga telah mereka beritakan ke masyarakat, bahkan kepada Apeni Kobogau dan Apertinus Kobogau alias Apele, yang merupakan anak buah Undius Kogoya. Mereka menyatakan, bahwa Sabinus sangat mendukung pembangunan dan meminta, agar pembangunan sampai Ugimba. Dari kedua Tokoh Pemuda dari Kampung berbeda ini diketahui, bahwa masyarakat juga tidak menyukai Undius Kogoya dan Daniel 'Aibon' Kogoya serta kelompoknya.
"Undius itu bukan orang Intan Jaya. Dia hanya besar saja di Soanggama. Waktu di Bulapa, itu dia punya besi (senjata, red) mau disita oleh Guspi. Makanya dia lari ke Enarotali. Undius itu otak mati. Daniel juga sama. Dia tembak pekerja di Mamba waktu itu, kita marah. Kita satu minggu tunggu dan palang dia punya jalan. Tapi dia minta ma'af, ajak putar kopi. Tapi kalau Daniel ganggu lagi, kita tidak ada ma'af lagi," ucap Osea Sani kepada Raja Aibon Kogila.
Kepada Osea dan Bertus, Raja Aibon menyampaikan pesan, agar masyarakat tidak usah takut jika siang malam melihat pasukan Tengkorak berpatroli. Masyarakat juga diminta untuk bersama-sama menjaga Intan Jaya agar tetap aman dan kondusif, karena jika ada gangguan, justru masyarakat yang sengsara serta bisa jadi korban.
Sampai saat ini, para Ksatria Kostrad dari Karawang, aktif menjaga kondusifitas Intan Jaya di samping menjalankan tugas Binter. Bukan hanya jalan di Kota yang disusuri, namun hutan belantara juga dimasuki, demi menjaga agar Intan Jaya damai abadi. Di sisi lain, Prajurit di tiap-tiap Posramil terus bekerja, guna melanjutkan program yang sedang dijalankan. Ada yang merawat babi dan ikan, membuka lahan, merakit fasilitas permainan anak, membuat tiang gawang dan tiang volly, menyiapkan tiang lampu serta menghaluskan papan untuk dinding Gereja Bazemba dan banyak lagi yang lain.
Semoga segala upaya yang dilakukan oleh TNI di Intan Jaya, benar-benar dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat. Dan semoga Intan Jaya tetap aman dan damai, demi terwujudnya Papua Penuh Damai, PAPEDA. (HAP)