Wilson Lalengke: Menjelang Natal dan Akhir Tahun, Kewaspadaan Perlu Ditingkatkan

0
Ilustrasi kewaspadaan

Jendral News, Jakarta –
Momentum perayaan hari besar keagamaan, biasanya dimanfa’atkan oleh pihak-pihak tertentu, untuk membuat kegaduhan. Bahkan lebih dari itu, segelintir orang memanfa’atkan moment perayaan hari besar tersebut, untuk mengganggu kedamain dan keharmonisan dalam masyarakat. Natal dan Tahun Baru misalnya, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, selalu menjadi incaran pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, untuk melakukan aksi teror di tempat-tempat tertentu.

Hal itu disampaikan Ketum Persatuan PPWI, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, ketika dimintai pendapatnya terkait kejadian bom bunuh diri. Sebagaimana diketahui, telah terjadi bom bunuh diri hari ini, Rabu, 7 Desember 2022, di Kantor Polsek Astana Anyar, Bandung, Jabar.

Menyikapi peristiwa naas itu, dirinya menghimbau kepada seluruh warga, terutama rekan-rekan Wartawan dan Pewarta, untuk meningkatkan kewaspadaan. Semua orang perlu saling membantu, mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang mungkin terjadi di komunitas masing-masing.

“Pertama-tama, kita sungguh prihatin dengan peristiwa yang memilukan hati semua orang. Bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung, hari ini, sangat keji. PPWI mengutuk keras terhadap tindakan konyol semacam itu, yang mengorbankan diri sendiri dan orang lain. Sebagai manusia beradab, kita tentunya harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Yang oleh karena itu, setiap orang wajib menghindari perilaku yang membahayakan diri dan orang lain. Kepada keluarga korban, kita sampaikan duka-cita mendalam dan turut berbelasungkawa,” jelas Wilson Lalengke kepada Jendral News, mengawali pernyataannya, Rabu, 7 Desember 2022.

NILAI KEMANUSIAAN

Sebagai orang yang beragama, tambahnya, kita memiliki nilai-nilai moral yang bersumber dari ajaran agama. Salah satunya adalah saling mengasihi dan menyayangi satu dengan lainnya, tanpa membeda-bedakan keyakinan dan latar belakang lainnya. Nilai-nilai moral semacam itu, harus menjadi dasar utama dalam memperlakukan orang lain.

“Melakukan perbuatan yang berakibat menghilangkan nyawa orang lain, termasuk diri sendiri, bertentangan dengan nilai-nilai moral yang diajarkan setiap agama yang ada di Negeri ini. Jadi, setiap orang wajib menghindarkan diri dari pemikiran, sikap dan perbuatan yang berpotensi membahayakan jiwa orang lain, seperti bom bunuh diri itu,” tegas alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 ini.

Namun, hampir mustahil kita menegasikan pemikiran radikal yang mengarah kepada kecenderungan untuk melakukan hal-hal di luar akal sehat. Berbagai kondisi tertentu, terutama tekanan sosial dan ekonomi, menjadikan orang berfikiran yang tidak masuk akal manusia waras. Sepanjang sejarah peradaban manusia, terorisme dengan berbagai bentuk dan terminologinya, tumbuh bersama berdampingan dengan perkembangan zaman.

ELING LAN WASPODO

Oleh sebab itu, masyarakat harus selalu waspada dan peduli dengan lingkungannya. Menurutnya, dalam konteks yang luas, prinsip eling lan waspodo (senantiasa ingat/sadar dan waspada) harus menjadi bahagian dari keseharian setiap warga masyarakat.

“Apalagi di waktu-waktu tertentu, seperti menjelang Natal dan Tahun Baru begini. Kewaspadaan warga harus dipertinggi. Kesiap-siagaan Aparat harus ditingkatkan. Kepada para Wartawan dan Pewarta Warga, pelancong, dan pekerja sosial, tanamkan prinsip eling lan waspodo dalam diri Anda, dimanapun berada,” tuturnya menghimbau.

Dalam hal penyebaran informasi terkait terorisme, Wilson Lalengke menyampaikan, agar Wartawan dapat memberitakan peristiwa dengan berpedoman kepada kaidah-kaidah jurnalisme serta KEJ (Kode Etik Jurnalistik. Kepada masyarakat, diharapkan juga, agar ojo dumeh (tidak kagetan) dalam menerima informasi. Karena kagetan sering berakibat kurang baik. Bisa menimbulkan ketakutan berlebihan, traumatik dan atau terprovokasi melakukan tindakan yang kontra-produktif.

“Karena kagetan dan dibarengi rasa ketakutan, warga biasanya serta-merta meneruskan informasi dan/atau berita heboh ke semua penjuru, ke semua orang. Tanpa terlebih dahulu menganalisa kebenaran, keakuratan dan kemanfa’atan, sebuah berita langsung diviralkan. Saya sarankan, agar dalam menyebarkan berita, gunakan filter 3B, yakni informasinya benar, baik dan bermanfa’at,” tutup Wilson Lalengke. (AP)

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *