Pesona Mangrove Pantai Pasir Putih Jadi Destinasi Wisata Bahari Paling Diminati, Pengelola Berharap Ada Perhatian Pemerintah.

0
Foto pintu masuk wisata bahari mangrove pasir putih, Sukajaya, Cilamaya Kulon.

Jendela Jurnalis Karawang –
Membahas tentang destinasi wisata yang ada di Kabupaten Karawang, tampaknya belum lengkap tanpa menyoroti pesona wisata bahari yang terletak di pesisir utara, seperti yang hari ini, Senin (23/05/2022) Team Jendral mengunjungi salah satu pantai yang berlokasi di Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, terdapat hamparan pasir putih yang ditambah indahnya pemandangan hutan mangrove, juga terdapat jembatan dan gazebo yang melengkapi pengunjung untuk menikmati suasana pantai.

Bahkan sebelum memasuki area mangrove pun kita disuguhkan pemandangan dari perahu nelayan yang berjejer, seakan nampak kentalnya kehidupan dan mata pencaharian utama di wilayah tersebut.

Tampaknya wisata mangroove pantai Pasir Putih tersebut menjadi destinasi wisata yang banyak diminati, karena terlihat di hari kerja seperti ini area parkir motor di lokasi wisata tersebut masih berjejer puluhan kendaraan roda dua dari wisatawan.

Bahkan ketika Team Jendral berbincang dengan Sahari, salah satu pengelola di tempat wisata tersebut, ia menuturkan bahwa pengunjung yang datang dihari sabtu-minggu bisa mencapai 500 orang lebih.

“Untuk pengunjung yang datang di hari libur sabtu atau minggu bisa sekitar 500 an pengunjung, kalo hari biasa pun ya masih lumayan cukup banyak seperti yang terlihat sekarang Kang.” Tutur Sahari.

Foto ketika wawancara di atas jembatan atau pancang yang dibuat menarik.

Untuk tarif sendiri, wisata disini menurut sahari bisa terbilang paling murah untuk destinasi wisata bahari yang ada di Kabupaten Karawang, untuk 1 orang pengunjung hanya ditarif Rp. 5000 rupiah per pengunjung, dan untuk tarif parkir juga diberlakukan Rp. 5000 rupiah per kendara’an roda dua, yang nantinya uang tersebut dipergunakan untuk pemeliharaan dan pelestarian mangrove.

“Kalo untuk biaya masuk disini bisa dibilang paling murah, cuma lima ribu per pengunjung, parkir juga lima ribu per motor, uang dari situ bisa kita pake buat biaya perawatan, pembuatan pondasi penahan ombak maupun sarana dan pelestarian mangroove nantinya.” Ucap Sahari kepada Team Jendral.

Meskipun area wisata tersebut hanya dikelola oleh Pokmaswas setempat, tampaknya itu semua dikelola dengan baik oleh mereka. Berawal dari sekitar tahun 2016 lalu, secara swadaya mereka menanam mangrove dengan bermodalkan CSR dari Pertamina PHE ONWJ, dengan bibit mangrove seadanya, dan dengan lokasi pantai yang tengah mengalami abrasi saat itu, bahkan banjir rob pun dulunya bisa sampai menggenangi pemukiman warga pesisir di pesisir Sukajaya tersebut.

Berangsur kesadaran lingkungan mereka kian menguat, secara swadaya pula mereka membuat pondasi penahan ombak sederhana dari ban bekas dan bambu, dengan dibantu tumpukan karung yang di isi dengan pasir sebagai penguat.

Foto ketika sahari menunjukan tanggul penahan ombak sederhana yang dibuat oleh pengelola.

Seiring dengan pertumbuhan hutan mangrove yang berdiri di sekitar 20 hektare area pantai tersebut, akhirnya beberapa tahun lalu pengelola yang beranggotakan 25 orang tersebut berinisiatif untuk menambahkan wisata bahari dengan membangun jembatan di area pesisir yang dirancang menyerupai kepiting jika dilihat dari atas, guna membuat daya tarik wisatawan, dengan harapan ada pemasukan untuk biaya perawatan demi kelestarian hutan mangrove sebagai penahan abrasi, yang kini juga menjadi habitat ribuan burung di area tersebut, hal itu bisa dilihat di saat pagi dan sore hari.

Hanya saja, akses jalan menuju ke area tersebut untuk saat ini hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua, sementara untuk pengunjung yang datang dengan menggunakan kendaraan roda 4 hanya bisa memarkir kendaraannya jauh dari area wisata tersebut.

Berdasar hal tersebut, selaku pengelola, Sahari berharap agar kedepannya Pemerintah bisa memberikan perhatian, bila perlu ambil peran, ia juga menyebutkan bahwa pengelola selalu terbuka untuk pihak pemerintah yang mungkin punya keinginan untuk membantu mengelola dan merawat area tersebut.

“Kami juga berharap kedepannya Pemerintah bisa memberikan perhatiannya, bila perlu ambil peran. Pengelola selalu terbuka jika nanti ada pihak pemerintah yang mungkin punya keinginan untuk membantu, mengelola dan merawat hutan mangrove ini, dari total 30 hektare pun ini baru terkelola 20 hektare saja, yang 10 hektare nya belum kegarap, planning sih sudah ada, biayanya yang belum ada.” Ungkap Sahari seraya menyampaikan harapannya.
(NN).

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *