Foto Dede Mulyana, S.Pd.
Jendela Jurnalis Karawang –
Dalam rangka memperingati 100 Tahun Pejuang Siliwangi Indonesia, Dede Mulyana, S.Pd. Salah satu Insan Silat di Kabupaten Karawang mempersembahkan sebuah Karya Puisi.
Kepada Awak Media, Pria yang akrab dengan sapaan Kang Beben ini mengatakan bahwa dirinya membuat puisi Tentang Pejuang di Tanah Pangkal Perjuangan. Dengan harapan ada sisi manfaat dibalik karya puisinya tersebut.
“Kendati demikian pembuatan Puisi ini saya dedikasikan untuk Karawang, semogalah ada manfaatnya.” Harapnya.
Lebih lanjut, ia juga menerangkan bahwa bait puisi yang ia tulis semata-mata atas kehendakNya, dan mungkin ia bisa apa jika tanpa ketentuan Tuhan Yang Maha Esa.
“Kata demi kata Puisi ini di tulis semata mata atas kuasaNya, dan Qodarullah tentunya saya bisa apa jika tanpa KetentuaNya.” Ungkapnya.
Berikut Puisi Karya Dede Mulyana dengan judul
“Pancaran Sinar 45 Dari Karawang.”
Ama Raden Oce Puradiredja
Nama yang takkan pernah hilang
Dalam ingatan orang Karawang
Meski tak secarik kertas sejarahpun namamu tertuang
Namunkisahmu kan terus terkenang dari lisan para pejuang…
Sungai citarum menjadi saksi perjalanan
Menuju tanah pangkal perjuangan.
Membawa pancaran sinar semangat perjuangan,
Membebaskan bangsa dari pedihnya penjajahan.
Kau latih pembela tanah air untuk berperang
Rela berkorban sampai titik darah penghabisan
Di Rengasdengklok kota pangkal perjuangan
Skema pengamanan Soekarno-Hatta kau persiapkan
Kau desak agar kemerdekaan segera di proklamirkan
Di gubuk pinggiran sawah sambo Soekarno kau yakinkan
17 roka’at shalat sebagai angka kemenangan
Bangsa ini bebas dari penjajahan
16 Agustus 45 di Rengasdengklok merah putih berkibar
Pekik teriakan merdeka tak tertahankan
Merdeka.. merdeka.. merdeka..
17 Agustus tahun 45 Proklamasi kemerdekaan
Ama Radden Oce Puradiredja
Banyak peperangan telah terlewati
penghadangan sekutu belanda di Pacing, Rawamerta hingga cakung Keranji
Kau himpun bergerak digaris depan Pasukan Partisan Siliwang gagah berani
Rela mati demi mempertahankan kemerdekaan bangsa ini
Kini hanya baju peninggalanmu yang terkoyak senjata perang
Dengan warnanya yang usang seakan menceritakan kisah pedihnya perjuangan
Yang ikhlas tanpa pamrih menolak balas jasa tahta dan harta
Bahkan tak secarik kertas dalam buku sejarahpun namamu kubaca
Ini bukti ikhlas perjuanganmu yang nyata
Dan kini kami hirup udara…
Kami injak Tanah Air Indonesia merdeka
Ku beranikan mengoreskan namamu diatas kertas puisi
Berharap pancaran sinar semangat perjuanganmu
meresap, diserap oleh kami generasi penerus dan pemimpin bangsa ini
Untuk mengisi kemerdekaan membangun negeri
Ikhlas tanpa pamrih
Ama Raden Oce Puradiredja
Pancaran sinar 45 semangt perjuangan ditanah pangkal perjuangan
Kaulah sesungguhnya pahlawan…
(ARS).
About The Author